Thursday, August 28, 2008

Pidato-pidato yang Mengubah Dunia


Kekuatan Kata yang Menghasut Pikiran

Judul buku : Pidato-pidato yang Mengubah Dunia
Kompilator : Simon Sebag Montefiore
Penerjemah : Haris Munandar, MA
Penerbit : Esensi (Erlangga Group), Jakarta
Edisi : I, 2008
Tebal buku : 248 hlm. (Hard cover)

Orator selalu menjadi pesona bagi banyak orang (publik) di sepanjang zaman. Setiap zaman (era) acap kali melahirkan orator ulung termasuk juga para demagogue—penghasut, pemimpin, atau penggerak rakyat yang pandai berpidato dan berpolitik.

Pada zaman Yunani Kuno, ada Marcus Tullius Cicero (106-43 SM) yang dianggap sebagai orator ulung dan terhebat sepanjang masa. Setelah Gaius Julius Caesar (100-44 SM) tewas karena tikaman belati Marcus Junius Brutus (85-42 SM) dan beberapa Senator Romawi yang berkomplot untuk melakukan konspirasi pembunuhan atas Julius Caesar, kepemimpinan Kekaisaran Romawi diteruskan oleh Marcus Antonius (83-30 SM) dan Cicero. Antonius sebagai pemimpin dan Cicero sebagai jurubicara (spokesman) senat.

Dalam perjalanan politik dua tokoh politik Romawi ini, terjadi rivalitas di antara mereka. Melalui kekuatan orasi atau pidato politiknya yang sangat hebat, Cicero mampu ‘menggiring’ (menghasut) publik Romawi untuk berpihak kepadanya. Antonius pun merasa terdesak oleh pidato Cicero (yang menghasut) itu hingga Cicero dibunuhnya. Kepala dan tangan Cicero dipamerkan di bangsal Istana untuk disaksikan oleh khalayak. Istri Antonius, Aelia Flavia Flaccilla, begitu membenci isi pidato yang disampaikan Cicero hingga dia mengeluarkan lidah Cicero untuk ditusuk-tusuk dengan tusuk kondenya. Flaccilla ingin menunjukkan kebenciannya atas kekuatan “lidah orasi” Cicero tersebut.

Pada abad ke-19 yang membentang dari tahun 1900-2000, lahir para orator besar dunia. Tercatat nama-nama tokoh terkemuka seperti Oliver Cromwell, Napoleon Bonaparte, Adolf Hitler, Mohandas Gandhi, Vladimir Ilyich Lenin, Joseph Stalin, Bung Karno, John F. Kennedy, Martin Luther King, Nelson Mandela, dan Bung Tomo sebagaimana terangkum dalam buku Pidato-pidato yang Mengubah Dunia (Esensi, 2008).

Pada saat ini, nama kandidat Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Barack Obama, juga disebut-sebut sebagai orator ulung. Sayangnya, nama Obama tidak dimasukkan dalam daftar orator dalam buku Pidato-pidato yang Mengubah Dunia ini. Di setiap momen kampanye politiknya, Obama disambut bagaikan superstar. Dua ratus ribu orang mendengarkan pidatonya di Tugu Kemenangan Berlin. Meski tak sampai memecahkan rekor pengumpulan massa terbanyak, namun dilaporkan bahwa lebih dari empat juta orang menonton siaran langsungnya di televisi Jerman. “People of the world, now do your duty. People of the world look at Berlin,” kata Obama dalam pidatonya itu.

Bagaimana pendapat publik mengenai isi pidato Barack Obama tersebut? Pakar politik luar negeri dari Partai Sosial Demokrat (SPD), Gert Weisskirchen, mengatakan: “Bila di Berlin diadakan pemilihan umum, maka dengan pidato itu, dengan penampilan dan dengan cara ia menggugah orang (massa), pastinya dia tidak saja merebut hati publik, tetapi juga suara para pemilih di Berlin.” Itulah kekuatan pidato seorang tokoh politik yang mampu menggugah dan mengubah pandangan dunia (world-view).

Sejak dahulu, para pemimpin besar telah menggunakan kemampuan orasi (pidato) mereka untuk menginspirasi dan menggugah para pengikutnya. Pidato yang hebat tidak saja mengungkap kebenaran, namun juga menyebarkan kebohongan seperti disampaikan oleh para demagogue itu. Kumpulan pidato luar biasa yang disampaikan para tokoh besar dunia yang sangat melegenda itu kini telah dihimpun di dalam buku mewah berjudul Pidato-pidato yang Mengubah Dunia. Buku ini memuat lebih dari 50 isi pidato yang menggugah dan sangat penting dari berbagai era sejarah dan bangsa di dunia.

Buku hebat edisi Indonesia yang telah diluncurkan oleh penerbitnya belum lama ini itu berisi himne-himne penuh semangat tentang kebebasan demokratis yang mengandung prinsip-prinsip kepatutan dan kebebasan, ungkapan kata-kata indah penuh makna, ajakan, himbauan, dan juga ‘hasutan’ yang menggugah dan mencerahkan dunia secara universal.

Setiap pidato juga dapat menjadi ‘jendela’ untuk melihat suatu masa dalam sejarah. Di era media elektronik seperti radio dan televisi sekarang ini, kebanyakan orang akan langsung teringat di mana mereka berada saat mendengar pidato Presiden George W. Bush tentang peristiwa 9/11, pidato Franklin D. Roosevelt setelah peristiwa Pearl Harbour (8 Desember 1941), atau pidato Vyacheslav Molotov yang sesungguhnya hanya membacakan naskah pidato Joseph Stalin setelah terjadinya invasi Nazi Jerman ke Uni Soviet.

Banyak dari isi pidato ini yang mengutarakan kebenaran abadi seperti Pidato Gettysburg, atau pidato yang kurang dikenal oleh tokoh pemberontak sekaligus presiden masa depan Cekoslovakia, Vaclav Havel; atau Presiden Israel, Chaim Herzog. Kesederhanaan bahasa menandai pembuatan pidato hebat seperti Khotbah Yesus atau pidato Martin Luther King. Adapun pidato dengan kalimat indah membuai dapat dikemukakan oleh para tokoh jahat dan bisa menjadi topeng (monster) untuk mengaburkan pemahaman publik.

Pidato Adolf Hitler, misalnya, menunjukkan keahliannya sebagai agitator politik, aktor, dan penulis naskah pidato terkemuka. Namun sayangnya, ia digayuti oleh kepicikan, muslihat, dan tipu daya. Sebaliknya, walaupun pandangan Stalin itu kejam, namun anak tukang sepatu yang sederhana itu tak ragu menyampaikannya dengan kejelasan yang mengejutkan.

Paling tidak, buku Pidato-pidato yang Mengubah Dunia yang juga memuat biografi singkat dari penyampai pidato itu akan menginspirasi para pembaca, serta dapat memberikan pemahaman yang lebih luas tentang peristiwa pada masa pidato-pidato yang menggelora dan memukau khalayak publik itu disampaikan.

Pembaca buku ini setidaknya bisa ‘mendengar’ penjelasan dari para penyampai pidato tersebut tentang bagaimana mereka berdiri di persimpangan sejarah.

Syafruddin Azhar adalah kolumnis dan peneliti pada Lembaga Pemerhati Kebijakan Publik (LPKP), Jakarta.

No comments:

Post a Comment